MAKALAH
PENGANTAR SOSIOLOGI
”PENGAMEN”
Untuk Memenuhi Tugas
Sosiologi Kelas E
Dosen Pengampu Drs.
Syamsul Sukmono Edy ,SH,MH
Disusun
Oleh :
M.
Ribut Asmara 1411046 - AN
STISOSPOL
WASKITA DHARMA MALANG
Jl.
Hamid Rusdi III Malang, Telp (0341)323678
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-NYA kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah sebagai
tugas Pengantar
Ilmu Sosiologi membahas mengenai Kelompok yang diberikan oleh dosen matakuliah.
Penulis mengambil judul makalah “Pengamen”
karena saat ini banyak sekali anak jalanan yang mengamen dijalan-jalan raya.
Mereka memanfaatkan lampu lalulintas yang menujukkan warna merah untuk
mendapatkan sesuatu yang amat berharga buat mereka, uang. Banyak pengamen anak
jalanan yang melakukan hal tersebut karena tidak memiliki biaya.
Dalam makalah ini menjelaskan
kemiskinan secara umum di kota Malang. Kemudian juga menjelaskan bagaimana
pengamen anak jalanan menjalani hidup selama berkeliling mengamen di setiap
toko-toko.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang sudah turut serta membantu penyelesaian makalah ini yang
berupa materi maupun nonmateri. Adapun pihak-pihak tersebut adalah :
1) Allah SWT
sebagai sumber kekuatan dan inspirasi penulis
2) kedua orang tua
penulis yang selalu mendoakan dan mendorong untuk terus belajar
3) Bapak Drs.
Syamsul Sukmono Edy ,SH,MH selaku dosen matakuliah Pengantar Ilmu Sosiologi yang sudah
memberikan banyak ilmu kepada penulis
4) teman-teman
yang sudah mendukung penulis
5) serta
pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan semua.
Namun,
penulis sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan. Penulis
sudah melakukan yang terbaik. Demikian juga terhadap makalah ini yang masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini untuk menjadi yang lebih baik
ke depannya.
Malang, 04 Desember 2014
Hormat kami,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................. 2
C. RumusanMasalah................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehidupan
Pengamen......................................................................................... 3
B. Menjadi
Pengamen.............................................................................................. 4
C. Solusi
Bagi Pengamen......................................................................................... 5
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan......................................................................................................... 7
B. Saran................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
1.
Gambaran
Umum Kemiskinan di Kota Malang
Berdasarkan data dari hasil sensus Tim Penganggulangan
Kemiskinan Pusat tahun 2009 menyampaikan bahwa jumlah penduduk yang masuk
kategori miskin sebesar 5,58% dari total penduduk kota Malang yang berjumlah
sekitar 814.000 jiwa. Jumlah penduduk miskin tersebut menurun dari tahun yang sebelumnya
yang memiliki sekitar 11,42% dari total penduduk kota Malang. Hal tersebut
dapat kita lihat bahwa Pemerintah kota Malang sudah berhasil menurunkan angka
kemiskinan yang dilakukan dengan beberapa program, seperti dibentuknya Tim
Penganggulangan Kemiskinan Kota Malang dan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
(GNOTA) yang selalu memberikan bantuan berupa beasiswa untuk siswa yang tidak
mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu, Pemkot Malang juga
berpartisipasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat yang kurang mampu
dengan cara mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin, meningkatkan
kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, mengembangkan dan menjamin
keberlanjutan UKM (Usaha
Kecil dan Mikro).
2.
Alasan
Memilih Pengamen
Dijelaskan
dalam penjelasan di atas masih ada angka kemiskinan di kota Malang. Ini berarti
bahwa masih ada masyarakat miskin yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak
dengan pendapatan yang mencukupi seluruh kebutuhan keluarganya. Banyak anak
kecil yang masih berkeliaran di bawah lampu lalu lintas maupun berkeliling
setiap rumah dan/atau toko untuk mengamen agar mendapatkan uang. Anak adalah
harapan masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa ini ke
arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Seperti yang penulis temui,
amat miris rasanya melihat anak-anak yang hidup mengamen di jalanan, bukannya
bersekolah. Rasanya lebih menyedihkan jika melihat orang dewasa yang melakukan
pekerjaan serupa. Seperti kota Malang pun juga sangat banyak sekali pengamen
jalanan, mulai dari anak-anak sampai remaja. Kebanyakan dari pengamen itu
adalah anak-anak yang ingin membantu orang tua dan putus sekolah dengan alasan
kekurangan biaya untuk melanjutkan pendidikan mereka. Akibat hal tersebut di atas,
mereka terpaksa menjalani kehidupan dengan menjadi pengamen jalanan.
B.
TUJUAN
PENULIS
Sebelum membahas permasalahan tersebut diatas maka kami memepunyai tujuan
dalam membuat makalah ini sebagai berikut :
·
Ingin mengetahui tentang kehidupan anak jalanan khususnya
pengamen.
·
Ingin mengetahui mengapa mereka harus mencari nafkah
seperti itu.
·
Ingin memberi sousi kepada mereka tentang kehidupan yang
sebernarnya harus mereka lakukan.
C.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana realita kehidupan
pengamen?
2. Mengapa mereka mencari uang dengan
mengamen?
3. Solusi apakah yang tepat untuk
kehidupan pengamen yang lebih baik?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEHIDUPAN
PENGAMEN
Seperti kita tahu bahwa salah satu profesi yang paling favorit dijalankan
oleh orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen
baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi
tetapi juga bisa hanya memainkan alat musik atau hanya bertugas menarik uang
receh dari pendengar ngamenan.
Pengamen ada di mana-mana mulai di
perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di
perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun
macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci /
bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan
minim, dsb.
Pengamen terkadang sangat mengganggu
ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen
mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik
mengamen secara baik-baik walaupun mengganggu.
Pengamen
merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran perkotaan,
setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja sex kelas rendah, selain itu juga
dianggap sebagai “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat,
artinya pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun,
brutal, pengganggu ketertiban masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika mereka sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh
kelompok masyarakat yang merasa terganggu oleh komunitas anak jalanan seperti
golongan ekonomi kelas atas.
Adapun beberapa alasan mereka
memilih bekerja sebagai pengamen bahwa
sebagian besar adalah untuk menyalurkan hobi akan bakat menyayi, untuk mencari
uang buat memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk menghibur orang-orang, dan
untuk menghilang kan rasa pengagguran dalam diri.
Mengamen merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena
dengan mengamen mereka bisa
menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni.
B.
MENJADI PENGAMEN
Jika ditelaah, pengamen jalanan seperti mereka bertiga
(Mamat, Ani, dan Agung) muncul akibat
kemiskinan. Kemiskinan muncul dari berbagai sumber, tapi secara keseluruhan,
kondisi ekonomi-sosial Indonesia memang memiliki andil besar. Karena kurang
modal, orang menjadi miskin. Anak mereka pun mau tak mau meninggalkan
pendidikan dan mencari uang, yang pada akhirnya akan membawa ia ke dalam
lingkaran kemiskinan lagi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
Kemiskinan struktural semacam ini menjadi lingkaran siklus yang sulit diputus;
kemiskinan seakan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pengamen tumbuh dengan berbagai
latar belakang sosial, seperti anak broken home, anak yatim yang
terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, atau anak-anak yang
harus membantu ekonomi orang tuanya maupun anak-anak yang lari dari berbagai
problema keluarga maupun masyarakatnya. Selanjutnya dari kondisi dan situasi
demikian mereka tumbuh dan mensosialisasikan dirinya ditengah-tengah budaya
perkotaan yang keras dan penuh dengan kesibukan.
Pada dasarnya mereka yang bekerja sebagai pengamen bukan
hanya karena ingin menyalurkan hobi atau bakat akan menyanyi akan tetapi dapat juga di lihat dari tindakan mereka yang cenderung
sebagian besar suka memaksa terhadap pengujung hal ini pada umumnya karena
mereka merasa kurang di hargai.
Pengamen seharusnya
dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat
hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya
dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap
keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka
berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
C. SOLUSI
BAGI PENGAMEN
Melalui penjelasan di atas, sudah seharusnya pemerintah
melakukan tindakan untuk mengatasi segala permasalahan terutama kepada
masyarakat menengah ke bawah yang masih belum hidup secara layak. Pemerintah
bisa melakukan penampungan kepada anak jalanan yang mengamen untuk diberi
bekal, bisa berupa pendidikan, pelatihan, ataupun pembinaan. Yang pasti jangan
sampai jumlah pengamen jalanan semakin bertambah.
Kita ketahui bahwa pemerintah
kota Malang sudah melakukan berbagai hal untuk mengurangi jumlah anak jalanan
yang mengamen dengan cara melakukan pemberdayaan anak jalanan di Kota Malang melalui Kemitraan antara Pemerintah
dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
seperti penelitian yang dilakukan oleh Dr. Imam Hardjanto,
MBA, M.AP, Dip. Sp dan
Drs. Choirul Saleh, M.si. menunjukkan
bahwa dapat diperoleh
hasil: (1) Pemberdayaan anak
jalanan di Kota Malang tidak ada yang memprakarsai karena terjadi secara
otomatis. (2) Mekanisme pemberdayaan anak jalanan di Kota Malang dilakukan oleh
Bidang Sosial dan LPA Griya Baca melalui program bimbingan dan pelatihan. Bimbingan yang diberikan
kepada pengamen anak jalanan yaitu:
a. bimbingan moral dan mental,
b. bimbingan sosial,
c. bimbingan hukum,
d. bimbingan agama, dan
e. bimbingan kesehatan.
Sedangan pelatihan yang diberikan kepada pengamen anak jalanan meliputi:
a. pelatihan otomotif,
b. pelatihan mengemudi,
c. pelatihan elektronika.
Selain bermitra dengan
LPA Griya Baca, Bidang Sosial juga
berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain, yaitu Dinas
Kesehatan, Kementrian Agama, Kepolisian, Dinas Pendidikan, dan Satpol PP untuk
memberikan pembinaan dan bimbingan. Sedangkan untuk kegiatan pelatihan, Bidang
Sosial mengajak kalangan profesional untuk bekerjasama, seperti Lembaga
Pelatihan Mengemudi Natuna, elektronika, dan otomotif.
Pemerintah harus melakukan sosialisasi
kepada masyarakat miskin bahwa anak-anak mereka harus mendapatkan pendidikan
yang layak. Pemerintah sudah menjanjikan pendidikan wajib belajar 9 tahun,
sehingga para orang tua tidak perlu harus memikirkan biaya sekolah lagi untuk
anak-anak mereka. Kalaupun ada alasan orang tua tidak bisa menyekolahkan
anak-anak mereka dengan tidak ada biaya,
berarti pemerintah masih harus gencar melakukan sosialisasi yang bisa
dikoordinasikan dengan pemerintah daerah. Dengan begitu, semua anak-anak bisa
mendapatkan pendidikannya dan tidak perlu untuk mengamen lagi di jalanan.
Keadaan
akan jauh lebih baik jika orang tua diberi pekerjaan yang layak dan memiliki
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan anak-anak
mereka mendapatkan pendidikan gratis dan layak, pasti jalanan akan sepi dari
pengamen jalanan. Sehingga, dalam masyarakat itu sendiri akan tercipta keadaan
yang sejahtera.
Perlu diketahui juga bahwa anak-anak adalah
aset yang sangat berharga untuk masa depan negara Indonesia. Maka dari itu,
pemerintah harus menjaga dan mengelolanya dengan berbagai cara, seperti
memberikan pendidikan yang layak dan pelatihan materi maupun nonmateri.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas khususnya pada anak jalanan yang berprofesi
sebagai pengamen dapat diambil kesimpulan bahwa:
1)
Tindakan mereka pada umumnya di
dasari oleh hasrat ingin menuangkan kreatifitas mereka akan bakat menyanyi
lewat mengamen. Sebab mengamen merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena dengan mengamen mereka
bisa menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni.
2)
Anak jalanan
memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi
namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan, atau alun alun,
tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena
keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi
para pengamen mencari nafkah dan mendapatkan teman.
3) Faktor-faktor yang menyebabkan mereka turun ke jalan untuk mengamen
adalah faktor internal yaitu keinginan untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari secara mandiri dan faktor eksternal yaitu keadaan hubungan keluarga
yang kurang harmonis serta kondisi ekonomi keluarga yang jauh dari kecukupan.
4) Tindakan mereka kepada sesama pengamen,dari hasil penelitian sangat
beragam dimana tindakan mereka umumnya merupakan tindakan yang bertujuang untuk
mencari uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5) Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima, pengamen
seharusnya dapat dihargai sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh
masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu.
B.
SARAN
1. Masyarakat luas, khususnya para orang tua pengamen agar memberikan
kasih sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak hanya
sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua
dapat memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.
2.
Pemerintah seharusnya
memperhatikan orang-orang yang miskin dan memberikan bantuan-bantuan yang
meringankan beban mereka.
3.
Pemerintah wajib memberikan pendidikan yang layak bagi
anak-anak agar tidak mengamen di jalanan.
4.
Pemerintah harus berupaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menengah ke bawah bisa dengan memberikan pekerjaan, memberikan
bantuan modak untuk usaha, ataupun mengadakan pelatihan bagi orang-orang yang
hidup menengah ke bawah.
5.
Pemerintah harus membuat program untuk menampung pengamen
jalanan yang tidak memiliki orang tua dan tempat tinggal untuk diberi
pendidikan ataupun pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Mencuplik dari makalah PENGAMEN
ANAK JALANAN JUGA PUNYA HAK UNTUK KEBERLANGSUNGAN HIDUP oleh Sukur Riswanto
125020200111117
universitas brawijaya malang
http://ghontherong.blogspot.com/2012/10/makalah-tentang-pengamen-jalanan.html
Pemberdayaan Anak Jalanan di
Kota Malang melalui Kemitraan antara Pemerintah dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (Studi pada Dinas
Ketenagakerjaan dan Sosial dan Lembaga Pemberdayaan Anak Griya
Baca Kota Malang). 1) Dr. Imam Hardjanto, MBA,
M.AP, Dip. Sp 2)
sumber gambar dari : http://kaltim.prokal.co/read/news/243137-mendadak-hilang-eh-pengamen-cilik-muncul-lagi
sumber gambar dari : http://kaltim.prokal.co/read/news/243137-mendadak-hilang-eh-pengamen-cilik-muncul-lagi
0 komentar:
Post a Comment