MAKALAH
REGIONAL PLANNING
KEKERINGAN
DI INDONESIA (KABUPATEN MALANG)
Dosen
Pembimbing : Ngatimin M. AP
OLEH :
KELOMPOK 3
1.
M.
Syahroni : 14.1.1.235-AN
2.
Ribut
Asmara : 14.1.1.046-AN
3.
Jaelani
Zen : 14.1.1.-AN
4.
Zahrotul
Jannah : 14.1.1.-AN
5.
Maulana
Adi : 14.1
KELAS (D)
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
STISOSPOL
“WASKITA DHARMA” MALANG
JL.HAMID
RUSDI III / 161 MALANG, Telp / Fax : 0341-323678,
e-mail
: waskita_dharma@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah kami ucapkan kepada allah swt yang maha esa lagi maha mengasihi
karna dengan rahmatnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yaitu dari mata
kuliah regional planing, kami juga berterima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan beberapa penjelasan
mengenai tugas ini dengan baik, untuk lebih mengetahui masalah-masalah yang
terjadi di Indonesia yaitu bencana kekeringan, ini mrupakan bahan dan pedoman
belajar untuk kami.
Dan terimaksih pula kepada
teman-teman yang telah membantu serta menginspirasi kami agar lebih cekatan dan
lebih giat dalam belajar, semoga tugas makalah ini bermanfaaat bagi kita semua meskipun belum begitu sempurna
jauh dari sempurna dan yang di harapkan.
Malang,
17 Desember 2015
Penulis
Kata Pengantar........................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iii
A.
Latar
Belakang.................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................................. 1
D. Landasan teori..................................................................................................... 2
A. Bencana Kekeringan di indonesia (kabupaten
Malang)..................................... 3
B. Perencanaan mengatasi kekeringan .................................................................... 5
C. Langkah-langkah penanganan kekeringan dan
rehabilitasi.................................. 8
A.
Kesimpulan.................................................................................................... ...10
B.
Saran................................................................................................................. 10
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis
yang silih berganti terjadi di Indonesia. Kekeringan tidak dapat dielakkan dan
secara perlahan berlangsung lama hingga musim hujan tiba. Secara umum,
pengertian kekeringan adalah kondisi ketersediaan air yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam dua kategori, yaitu
kategori terkena kekeringan dan kategori terancam kekeringan.
Pada musim kemarau berkepanjangan yang terjadi di tahun 2015 ada
beberapa daerah yang terdampak misalnya beberapa kecamatan di kabupaten malang, oleh karena itu kita
membuat makalah ini agar kedepannya di tahun 2016 kita bisa mengantisipasi
ancaman kekeringan.
B. Rumusan Masalah
1.
Seperti apa bencana
kekeringan di Indonesia khususnya daerah kabupaten malang ?
2.
Perencanaan apa yang di
perlukan untuk mengatasi bencana kekeringan di kabupaten malang?
3.
Langkah apa yang harus
di lakukan dalam rangka penanganan dan pembangunan kembali paska kekeringan ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui bencana kekeringan yang terjadi di Indonesia
khususnya kabupaten malang.
2.
Untuk mengetahui perencanaan
dalam mengatasi bencana kekeringan di daerah kabupaten malang
3.
Untuk mengetahui
tindakan dalam rangka penanganan pembangunan kembali paska kekeringan.
D.
Landasan Teori
Berikut adalah
pengertian tentang definisi
perencanaan :
Ø
GEORGE R.TERRY (2006)
Perencanaan
adalah merupakan upaya untuk menggunakan asumsi-asumsi mengenal masa yang akan
dating dengan jaan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang di
perlukan untuk mencapai hasil yang di inginkan.
Definisi
Bencana kekeringan Menurut Shelia B. Red
(1995) : kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau
kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau
volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul
sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara
permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata
kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan Bencana.
Menurut Shelia B. Red (1995)
kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu : kekeringan
meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan
sosial ekonomi.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kekeringan yang terjadi di indonesia
merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang silih berganti terjadi,
seperti yang terjadi di beberapa kecamatan daerah kabupaten malang. Kekeringan
tidak dapat dielakkan dan secara perlahan berlangsung lama hingga musim hujan
tiba. Secara umum, pengertian kekeringan adalah kondisi ketersediaan air yang
jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk untuk kebutuhan
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam
dua kategori, yaitu kategori terkena kekeringan dan kategori terancam
kekeringan. Adapun gejala atau tanda-tanda akan terjadi kekeringan pada suatu
wilayah di antaranya adalah sebagai berikut:
Kekeringan berkaitan dengan
menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Kekurangan
pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan
ketinggian muka air sungai, waduk, danau, dan ketinggian muka air tanah.
Kekeringan pada lahan pertanian
ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah) sehingga
tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu. Akibatnya, tanaman menjadi
rusak dan mengering.
Kekeringan cenderung muncul di
daerah-daerah kering dengan curah hujan yang terbatas. Faktor-faktor fisik
seperti penyimpanan kelembapan tanah dan waktu datangnya hujan mempengaruhi
tingkat kerugian tanaman pangan dalam bencana kekeringan. Ketergantungan pada
pertanian tadah hujan meningkatkan kerentanan kekeringan. Para petani yang
tidak dapat beradaptasi terhadap kondisi kekeringan dengan penanaman yang
berulang-ulang akan dapat mengalami gagal panen. Penduduk yang tergantung pada
ternak tanpa daerah gembalaan yang memadai juga berisiko. Masyarakat yang tergantung
pada sumber daya air, mungkin akan menghadapi kompetisi untuk memperebutkan
air.
Kekeringan mempengaruhi standar
sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam kehidupan. Pengaruh kekeringan menyebar
jauh dan melampaui efek fisik. Akan tetapi, tidak semua dampak kekeringan
negatif. Produsen pertanian yang berada di luar wilayah kekeringan dapat
menjual komoditasnya dengan harga yang lebih tinggi.
Sedikitnya
dua wilayah di Kota Malang, yakni Kelurahan Merjosari dan Buring, pada musim
kemarau rawan kekeringan dan krisis air bersih, bahkan kedua kawasan itu
menjadi langganan krisis air bersih selama musim kemarau. Kepala Badan
Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Jawa Timur, Hartono, Rabu
(29/7), mengatakan dua wilayah itu memang menjadi langganan krisis air bersih
pada saat musim kemarau, bahkan di Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang,
sejak Juni lalu sudah mulai ada droping air bersih.
Sementara
itu Direktur Utama PDAM Kota Malang Jemianto mengatakan daerah potensi krisis
air bersih pada musim kemarau di Kota Malang sudah berkurang dibandingkan tahun
sebelumnya karena PDAM sudah membuka saluran air ke beberapa wilayah yang rawan
terjadi krisis air bersih.
Saat ini, lanjutnya, hanya ada dua
wilayah yang rawan kekeringan dan krisis air bersih, yakni di Kelurahan
Merjosari dan Buring, sedangkan tahun-tahun sebelumnya ada beberapa kawasan
yang rawan. Di sejumlah wilayah yang rawan itu sudah dibangun sumur bor,
sehingga kebutuhan pasokan air bersihnya tercukupi. Menurut Jemianto yang akrab dipanggil Jimmy itu, droping
air akan dilakukan lima kali dalam sepekan ke wilayah yang krisis air bersih
dan dalam satu hari didrop tiga kali. Pasokan air yang didistribusikan kepada
warga dalam sekali droping sekitar 5.000 liter.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Malang telah membuat Posko Kekeringan sejak bulan Juni 2015
untuk memantau segala bentuk bencana akibat datangnya musim kemarau. Selama
musim kemarau, sebagaimana terjadi pada tahun 2014, BPBD selalu melakukan
Dropping air bersih ke warga.
Melihat pengalaman tahun lalu
terdapat 8 (delapan) kecamatan dan 19 (sembilan belas) desa yang rawan
kekeringan di wilayah Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Singosari, Kecamatan
kalipare, Kecamatan Pagak, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Lawang, Kecamatan
Jabung, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
B. Perencanaan Mengatasi Kekeringan di Kabupaten Malang
Sistem Peringatan Dini
Memanfaatkan
informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) adalah cara yang baik dalam membuat sistim peringatan dini
tentang kekeringan. Instansi ini secara berkala baik skala waktu bulanan maupun
musim (dua kali dalam setahun, hujan dan kemarau), mengeluarkan prakiraan
tentang sifat hujan untuk bulan maupun musim mendatang. Dengan kemampuan
institusional, sumber daya manusia, dan sarana yang sudah lebih meningkat,
lembaga ini mampu menghasilkan produk-produk yang lebih spesifik dalam skala
ruang dan waktu termasuk indeks kekeringan yang dapat diaplikasikan untuk
sistim peringatan dini, indeks kebakaran hutan, dan memodelkan pergerakan
(trajektori) asap yang selalu menjadi masalah dengan negara tetangga pada saat
terjadi kebakaran hutan. Kerjasama antar instansi untuk menggabungan sistim
monitoring bio-fisik iklim dan kondisi lingkungan khususnya lahan pertanian
dengan kondisi sosial-ekonomi petani dapat menjadi masukan yang sangat berguna
untuk memprediksi kekeringan. Begitu juga penggabungan teknologi penginderaan
jarak jauh dan prediksi iklim sangat membantu dalam menangani sistim peringatan
dini kekeringan. Satu lagi yang mungkin tidak dianggap modern, adalah
penggunaan indikator-indikator alam dan spesifik lokal tentang gejala-gejala
akan terjadinya kekeringan.
Perencanaan segala kemungkinan tentang kekeringan.
Peringatan dini
tentang kekeringan harus digabungkan dengan strategi yang kemungkinakan
pemerintah merespon dan menangani dampak kekeringan. Perencanaan segala
kemungkinan tentang kekeringan dibuat pada berbagai level adminsitrasi dari
pusat sampai tingkat kabupaten. Dalam membuat perencanaan, beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan dijadikan bahan acuan adalah tentang seluruh
kebijakasanaan masalah kekeringan dengan tujuan yang telah disepakati, kemudian
masalah struktur institusi yang siap merespon masalah kekeringan terutama
setelah sampai pada level kabupaten, dan kebawahnya. Keseluruhannya itu harus
menjadi sebuah paket perencanaan yang spesifik dalam mengatasi, menangani
korban dan rehabilitasi pasca kekeringan. Satu hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan rencana dalam menghadapi kekeringan adalah dilibatkannya
unsur-unsur masyarakat.
untuk mengantisipasi bencana kekeringan berikut
upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman
bencana kekeringan. Antisipasi bencana kekeringan dapat dilakukan melalui dua
tahapan strategi, yaitu .
1. Perencanaan Jangka Pendek (Satu Tahun Musim
Kering)
Penetapan
prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan. Penyesuaian
rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan. Pengaturan operasi dan
pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk. Perbaikan
sarana dan prasarana pengairan. Penyuluhan dan sosialisasi kemungkinan
terjadinya bencana kekeringan serta dampaknya. Penyiapan cadangan pangan.
Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak
bencana kekeringan
Persiapan tindak darurat, meliputi:
1.
pembuatan sumur pantek
atau sumur bor untuk memperoleh air;
2.
penyediaan air minum
dengan mobil tangki;
3.
penyemaian hujan buatan
di daerah tangkapan hujan;
4.
penyediaan pompa air.
2.
Perencanaan Jangka Panjang
Pelaksanaan
reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.
Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, dan embung). Pengelolaan retensi
alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai.Penggunaan air
secara hemat. Penciptaan alat sanitasi hemat air. Pembangunan prasarana daur
ulang air. Penertiban pengguna air yang tidak taat aturan dan tanpa izin.
Mitigasi atau pengurangan bencana kekeringan adalah upaya untuk mengurangi atau
meredam risiko bencana kekeringan.
Berikut adalah kegiatan mitigasi
meliputi upaya nonfisik, fisik darurat, dan fisik jangka panjang.
Ø Upaya Nonfisik
Upaya nonfisik merupakan upaya yang
bersifat pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, di antaranya sebagai berikut.
·
Menyusun neraca air
regional secara cermat.
·
Menentukan urutan
prioritas alokasi air.
·
Menentukan pola tanam
dengan mempertimbangkan ketersediaan air.
·
Menyiapkan pola operasi
sarana pengairan.
·
Memasyarakatkan gerakan
hemat air dan dampak kekeringan.
·
Menyiapkan cadangan
atau stok pangan.
·
Menyiapkan lapangan
kerja sementara.
·
Memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.
Ø Upaya Fisik Darurat
Upaya
penanganan kekeringan yang bersifat fisik darurat atau sementara, di antaranya
sebagai berikut.
·
Penyemaian hujan buatan
di daerah tangkapan hujan yang mempunyai waduk atau reservoir sehingga air
hujan yang terbentuk dapat ditampung.
·
Pembuatan sumur pantek
untuk mendapatkan air.
·
Penyediaan pompa yang
mudah dipindahkan di areal dekat sungai atau danau sehingga pompa tersebut
dapat digunakan secara bergantian untuk memperoleh air.
·
Operasi penyediaan air
minum dengan mobil tangki untuk memasok air pada daerah-daerah kering dan
kritis.
Ø Upaya Fisik Jangka Panjang
Upaya
penanganan kekeringan yang bersifat jangka panjang, di antaranya sebagai
berikut.
·
Pembangunan prasarana
pengairan, seperti waduk, dan saluran air.
·
Pelaksanaan konservasi
air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
·
Penggunaan air secara
hemat dan berefisiensi tinggi.
·
Penciptaan alat-alat
sanitasi yang hemat air.
Siaga bencana kekeringan adalah upaya
menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan pada saat bencana kekeringan.
Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.
Mempertahankan kualitas udara (debu dan asap) melalui pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran udara.Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa pembakaran.
Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.
Mempertahankan kualitas udara (debu dan asap) melalui pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran udara.Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa pembakaran.
C.
Langkah-Langkah penanganan
Kekeringan dan Rehabilitasi
Langkah-Langkah Penanganan Kekeringan
Langkah ini ditujukan
terutama untuk mengurangi dampak kekeringan terhadap produksi pertanian dan
ternak. Langkah-langkah penanganan kekeringan secara kurun waktu dapat dibagi
menjadi dua yaitu perencanaan secara jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air pada saat kekeringan, mengurangi
permintaan akan air dan meminimalisir dampak kekeringan. Dalam jangka pendek,
untuk memenuhi kebutuhan air disaat kekeringan baik untuk pertanian maupun
kebutuhan air lainnya adalah memanfaatkan sumber air yang secara marjinal masih
tersedia. Meningkatkan efisiensi penggunaan air untuk segala sektor kebutuhan
harus dilakukan. Sedangkan untuk jangka panjang teknologi embung untuk pertanian
adalah cara yang cukup efektif, sederhana dan relatif murah.
Di waktu mendatang
untuk memenuhi kebutuhan air juga tidak tertutup kemungkinan dengan
memanfaatkan sumber air non konvensional (pengolahan air bekas, penyulingan air
laut). Untuk mengurangi permintaaan akan kebutuhan air, untuk wilayah perkotaan
permintaan kebutuhan air sekunder yang sifatnya hiburan sebaiknya dibatasi
sedangkan untuk wilayah pertanian permintaan kebutuhan air hanya diprioritaskan
untuk menyelamatkan tanaman yang masih dapat dipanen. Penjatahan jumlah dan
waktu distribusi bila perlu dapat juga dilakukan. Kampanye gerakan hemat air
yang banyak diusung dan dideklarasikan oleh himpunan profesi, LSM dan pemerhati
masalah iklim dan lingkungan perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh tindakan yang lebih konktret. Dimasa mendatang, untuk mengurangi
permintaan kebutuhan air, sebaiknya industri dan gedung-gedung perkantoran
dapat mendaur ulang air yang digunakannya. Untuk bidang pertanian permintaan
akan air irigasi dapat dikurangi dengan meningkatkan tehnik irigasi dan dengan
lebih banyak mengintroduksi varietas tanaman tahan kekeringan.
Tujuan perencanaan antisipasi bencana
kekeringan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi ancaman bencana kekeringan. Antisipasi bencana kekeringan dapat
dilakukan melalui dua tahapan strategi, yaitu perencanaan jangka pendek dan
panjang.
Ø
Perencanaan Jangka Pendek (Satu Tahun Musim Kering)
Penetapan
prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan. Penyesuaian
rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
Ø
Perencanaan Jangka Panjang
Pelaksanaan reboisasi atau konservasi
untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu
Rehabilitasi
atau pembangunan paska kekeringan
Langkah pertama yang harus
diperhatikan dalam rangka pembangunan kembali pasca kekeringan adalah
memperhatikan persediaan pangan baik nasional dan khususnya daerah yang telah
dilanda kekeringan. Pembangunan infrastruktur dapat dilakukkan bersamaan dengan
pemberian lapangan kerja berupa proyek padat karya.
Dari serangkaian kebijasanaan
tersebut, tujuan utama dari menajemen kebijksanaan masalah kekeringan adalah
mengurangi jumlah penderita korban kekeringan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang terkena dampak kekeringan. Dalam waktu yang panjang,
pembelajaran kepada seluruh mayasarakat terhadap adanya bencana kekeringan yang
setiap waktu mengancan dan dapat melanda setiap wilayah di Indonesia,
langkah-langkah yang harus dilakukan sebagaimana tertuang dalam siklus
Manajemen Kekeringan, serta kebijakasanaan pemerintah yang berkesinambungan
adalah tindakan yang perlu dilakukan dalam menangani masalah kekeringan. Lebih
lanjut dalam teori lingkungan tidak seimbang (non-equilibrium environments),
kekeringan yang secara periodik tiba dalam jangka panjang akan memberikan
pengaruh yang buruk terhadap kondisi lingkungan wilayah Indonesia yang beragam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Banyaknya peristiwa bencana yang terjadi di
Indonesia telah membuka mata kita bersama bahwa penanggulangan bencana perlu
dimengerti dan dikuasai oleh seluruh masyarakat. Antisipasi bencana kekeringan
adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi
ancaman bencana kekeringan.
Sedikitnya
dua wilayah di Kota Malang, yakni Kelurahan Merjosari dan Buring, pada musim
kemarau rawan kekeringan dan krisis air bersih, bahkan kedua kawasan itu
menjadi langganan krisis air bersih selama musim kemarau.
Memanfaatkan
informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) adalah cara yang baik dalam membuat sistim peringatan dini
tentang kekeringan. Peringatan dini tentang kekeringan harus digabungkan dengan
strategi yang kemungkinakan pemerintah merespon dan menangani dampak kekeringan
Antisipasi
bencana kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi, yaitu .
1.
Perencanaan jangka
pendek
2.
Perencanaan jangka
panjang
B.
Saran
Kebijakasanaan
masalah kekeringan ini setidaknya perlu memiliki komponen-komponen seperti: Peringatan
Dini, Perencanaan segala kemungkinan tentang kekeringan, Langkah-langkah
penanganan kekeringan seperti perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, dan
juga Langkah-langkah rehabilitasi karena sangat perlu di lakukanya sebuah
komponen-komponen seperti di atas untuk mengurangi bencana kekeringan yang
terjadi di Indonesia khususnya kabupaten malang.
DAFTAR PUSTAKA
http://fithra-online.blogspot.co.id/2011/10/antisipasi-mitigasi-dan-siaga-bencana.html
https://dodogunawan.wordpress.com/2015/05/04/manajemen-kebijaksanaan-dalam-mengatasi-kekeringan/
https://www.academia.edu/Documents/in/Rencana_Tata_Ruang_Wilayah_Kabupaten_Badung_Bali_Indonesia#add/close
https://indonesia.academia.edu/perencanaandaerah
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG
infonya mantap
ReplyDelete